Sebagian besar turis yang datang ke Jepang ingin melihat kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka dan Kyoto. Belum banyak yang tahu tentang satu kota kecil yang berlokasi di prefektur (atau provinsi) Ehime yang bernama Uwajima.
Kota ini terkenal dengan pesona alamnya, yang merupakan perpaduan antara pemandangan laut dan pegunungan yang indah. Bukan hanya daerah yang tenang yang cocok untuk tempat peristirahatan, Uwajima juga menawarkan pesona kuliner yang tidak kalah menarik dari tempat-tempat terkenal di Jepang seperti Tokyo dan Osaka.
Kali ini kami berkesempatan mengunjungi Uwajima bersama Michelin chef Loic Le Bail dari Brittany Hotel and Spa Roscoff Perancis beserta timnya. Tiba di Uwajima tepat jam makan malam, kami langsung menuju tempat penginapan Kiya Ryokan.
Ryokan adalah penginapan bergaya tradisional Jepang yang biasanya dilengkapi dengan onsen atau pemandian air panas pribadi. Kiya Ryokan menempati bangunan unik yang merupakan rumah tua yang sudah direnovasi pada beberapa bagiannya.
Belum lengkap rasanya mengunjungi Uwajima kalau tidak menginap di Kiya Ryokan. Manager penginapan bersejarah ini yang bernama Greb ternyata orang asing kelahiran Polandia yang sudah lama tertarik dengan budaya Jepang. Dengan keramahtamahan dan kemampuan multi bahasanya, Greb membuat Kiya Ryokan terasa nyaman dan homy.
Konsep Kiya Ryokan ini unik, siapa saja yang bermalam di sini bisa menempati dan menikmati seluruh ruangan yang ada. Tarif untuk 1 orang atau lebih dari 1 orang pasti berbeda, tetapi seluruh bangunan penginapan ini menjadi milik kita sendiri selama kita menginap di sana!
Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi website Kiya Ryokan: http://www.kiyaryokan.com/en/uwajima/ (Bahasa Inggris/Jepang/Jerman).
Setelah menaruh koper di Kiya Ryokan, kami langsung menuju ke rumah makan tradisional Jepang yang menyuguhkan full course dinner dengan menu lokal setempat. Kenikmatan masakan ala Uwajima masih membekas di ingatan. Menu ikan yang segar dan bervariasi dari hasil tangkapan nelayan setempat, nasi yang dimasak dari beras lokal yang pulen, tofu yang lembut dan sayur-sayuran segar dilengkapi dengan umeshu yang tidak pernah mengecewakan menutup malam kami yang cukup melelahkan.
Wisata kuliner kami keesokan harinya dimulai di rumah seorang pengusaha ikan tai (sea bream dalam bahasa Inggris). Ikan ini sangat disukai orang Jepang, terutama untuk diolah menjadi sashimi. Warna dagingnya yang putih bening, tekstur lembut dan cita rasa gurihnya membuat ikan tai sangat digemari banyak orang.
Pemilik rumah nan ramah dan ceria yang kami kunjungi bernama Michiko Yamauchi. Tinggal di daerah dengan hasil laut berlimpah, Michiko Yamauchi menekuni usaha ikan tai dan budi daya nori atau rumput laut. Selain berbisnis ikan tai, ibu yang sangat aktif ini juga bisa menyuguhkan menu tai sashimi di ruang makan rumahnya yang disulap menjadi restoran kecil. Ikan tai yang disajikan merupakan hasil tangkapannya sendiri yang dijamin fresh dan berkualitas! Kami juga mencicipi nori atau rumput laut kering yang super enak dengan aroma laut yang khas hasil budi daya ibu Miyauchi. Setelah puas menyantap tai sashimi, kami dibawa ke tempat budi daya nori. Di dalam satu tabung air yang besar, nori yang masih muda terlihat berenang-renang. Nori muda ini akan berkembang menjadi nori dewasa yang siap untuk diolah menjadi nori kering teman kita makan sushi, topping miso soup atau snack yang enak dan sehat.
Dekat dari laboratorium budi daya nori ada tempat penangkaran mutiara. Kami melihat-lihat proses pengerjaan mutiara setelah diambil dari cangkang. Saya membeli satu bros mutiara untuk ibu saya yang termasuk kolektor berbagai jenis bros. Harga perhiasan mutiara di toko ini lebih murah dari harga di toko atau department store di kota besar seperti Tokyo, ditambah dengan diskon yang lumayan!
Dari tempat penangkaran mutiara, kami melanjutkan perjalanan ke perkebunan mikan atau jeruk Jepang. Yasuji Tanaka yang merupakan Citrus Ambassador di Uwajima membawa kami berkeliling menikmati cantiknya pohon-pohon mikan yang akan siap dipetik beberapa bulan lagi.
Perjalanan kuliner kami berikutnya adalah tempat produksi jakoten atau makanan khas Uwajima yang mirip dengan otak-otak atau pempek. Jakoten terbuat dari ikan (biasanya ikan berdaging putih berukuran kecil) yang dihaluskan, dicampur dengan garam dan bumbu lalu digoreng. Yang unik dari jakoten, hampir seluruh bagian ikan seperti kulit dan tulang tidak dibuang. Hasilnya, warna adonan yang cokelat keabu-abuan dan aroma ikan yang menggiurkan!
Menutup perjalanan kami di Uwajima, kami berbelok sedikit ke Uwajima Castle. Kastil bersejarah ini berada di atas bukit, jadi pastikan sepatu kita cukup nyaman untuk menanjak. Setelah sampai di atas, pemandangan laut, gunung dan kotanya membuat terkesima. Such a beautiful view! Saya jadi membayangkan duduk-duduk di area rerumputan tepat di bawah kastil waktu matahari terbenam, dengan kopi panas dan jakoten yang hangat, hmm..pasti ok banget. Uwajima castle bukan hanya situs bersejarah tapi juga tempat yang tepat untuk sekedar relax atau berkontemplasi 🙂
Can’t wait to be back in Uwajima!